Pemerintah optimistis kondisi perekonomian Indonesia pada 2013 bisa lebih baik. Salah satu indikatornya adalah pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2012 yang tetap terjaga di atas 6%.
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dapat mencapai 6,8%, dengan 33%-nya akan disumbang oleh investasi asalkan kondisi perburuhan dalam negeri kondusif.
"Tapi kalau masih ada sweeping, pemogokan, dan menghambat orang minta izin usaha maka akan sulit tercapai," ujar ketua umum PAN ini.
read more
Selain itu, turunnya tingkat ekspor akibat kondisi perekonomian global yang belum pulih, menjadi hal yang harus diperhatikan pada 2013. Untuk itu, perlu dibangun satu pasar domestik yang menunjang perekonomian domestik sehingga kebal terhadap goncangan ekonomi global. "Ekspor akan turun, dan di sisi lain market kita besar sehingga domestik akan dijadikan incaran pasar impor," kata Hatta.
Sementara Ekonom Standard Chartered, Fauzi Ichsan memprediksi PDB Indonesia 2013 hanya mencapai 6,5% karena perekonomian dunia diperkirakan pulih. Sementara tingkat inflasi rata-rata bisa dijaga di kisaran 4,6% karena ia melihat belum ada indikasi perlambatan ekonomi yang cukup tajam. "Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi tetap kuat, sedangkan penjualan mobil fluktuatif namun trennya tetap meningkat," ujar Fauzi.
Melihat proyeksi stabilitas ekonomi itu, artinya pasar domestik Indonesia masih bisa diperkuat dan diperluas secara maksimal. Apalagi tingkat kelas menengah masyarakat Indonesia berdasarkan proyeksi penilaian pemerintah telah meningkat singnifikan.
Ia pun melihat beberapa sektor industri yang bisa diperluas bagi pasar domestik adalah sektor industri labor intensif, seperti industri pakain jadi, tekstil, sepatu, mainan dan elektronik hilir. "Industri ini padat tenaga kerja, dan bisa bersaing dengan Cina, India, Vietnam dan Kamboja," terangnya.
Pengamat Ekonomi Unika Atmajaya, A. Prasetyantoko berpendapat proyeksi ekonomi 2013 akan berubah terutama dari sisi inflasi jika pemerintah salah mengambil kebijakan soal BBM. Menurutnya inflasi bisa ditekan di kisaran 5%-6% jika pemerintah belum mengurangi subsidi BBM. "Tapi kalau sampai menaikkan harga BBM, maka inflasi akan terkerek ke kisaran 6%-7%," ujarnya.
Namun ia memastikan hal itu sulit dilakukan pemerintah melihat suhu politik tahun depan membuatnya harus berpikir banyak terutama dalam mengambil kebijakan yang tidak populis. Bank Indonesia memprediksi tingkat inflasi domestik tahun depan tidak akan tinggi, yakni hanya 4,5% plus minus 1%.
Menurut Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah dalam membuat prediksi melibatkan tiga kategori yang menentukan yaitu penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, tarif dasar listrik (TDL), dan upah buruh. Setiap penaikan sebesar Rp 1.000, inflasi hanya terkerek 0,3%. Kemudian penaikan TDL 15% menyumbang inflasi 0,25%-0,3% dan penaikan upah buruh memicu inflasi 0,2%.
sumber:http://inilah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar